Minggu, 25 November 2012

“ Aku merindukan si buah hati !”


 

Nina seorang ibu rumah tangga berusia 30 tahun sudah berjam-jam di dalam kamar,Beberapa helai pakaian di cobanya,kemudian di ganti dengan pakaian yang lain di lemparkannya ke atas kasur hingga menumpuk.Tak terasa seisi lemari pakaian sudah terkuras.
 Nina  menghampiri kaca besar di sudut kamarnya,kemudian ia memperhatikan bentuk tubuhnya,dan sekali lagi ia mencoba celana jeans no 28 yang di belinya 2 tahun yang lalu,saat itu ukurannya pas banget,termasuk semua pakaian di lemari itu semua sesuai ukuran tubuh beberapa waktu yang lalu.Kemudian ia bergumam
 " jadi berat badanku turun berapa kilo ya ? koq semua pakaian punyaku jadi pada longgar begini ?". Sesaat ia terdiam,memandangi tumpukan baju di atas tempat tidur,semuanya kelonggaran.
Akhir-akhir ini nina memang super sibuk,banyak banget hal yang mesti dia selesaikan dari mulai kerjaan sampai urusan rumah tangga.
Dan yang paling membebani hati nina adalah rumah tangganya yang sudah menginjak 12 tahun,namun belum juga dikaruniai momongan.
Sering ia melamun sendiri memikirkan nasibnya,kekhawatiran terbesarnya adalah kesetiaan suaminya luntur.Ia sadar betul kehadiran momongan dalam rumah tangga adalah hal yang sangat di idam-idamkan oleh semua pasangan menikah.
Nina menghela napas panjang,ia berusaha melepaskan beban batinnya yang terasa menyesakan dadanya.
Peristiwa dua kali mengalami keguguran baginya adalah sebuah mimpi buruk,ketakutannya selalu menghantui, kesakitan yang teramat hebat terasa masih membekas dalam ingatan,diusia kehamilan 4 bulan ia harus merelakan janin dalam rahimnya di angkat demi keselamatannya,hal itu sangat membuatnya tersiksa disisi lain ia sangat mendambakan bayinya tumbuh, di sisi lain dokter  menyarankan untuk abortus karena posisi janin ada di luar kandungan,ini akan membahayakan keselamatan ibu dan otomatis bayi pun takan terselamatkan.
"Tuhaa...n dosa apa yang telah ku perbuat ?" nina menjerit dalam batinnya.
Nina tak punya kekuatan ganda untuk menahan kesedihan dikala menyaksikan teman sebayanya mengantar anaknya sekolah atau membawa anak mereka jalan-jalan ke tempat rekreasi,bulir-bulir air mata lah yang selalu menghiasi pipinya.
Setelah ia tenggelam dalam lamunan yang cukup dalam,nina tersadar dan kemudian ia membereskan pakaian yang bertumpuk di tempat tidur dan membereskan kembali ke dalam lemari pakaian.
Kemudian ia meraih sebuah poto pernikahan yang terpajang di meja kecil di sudut kamar,memandangi poto suaminya dan mengelusnya.
Terbayang saat suami tercintanya mendampinginya waktu ia menjalani oprasi pengangkatan janin,ia sadar betul dalam lubuk hati suaminya menyimpan ketidak relaan,tapi takdir berkata lain mungkin belum saatnya kita di percaya oleh tuhan untuk merawat buah hati!” itulah jawaban suaminya yang berusaha menguatkannya
Kerelaan suaminya untuk mendampingi dalam suka dan duka membuat nina masih mempunyai kekuatan dan  mampu tersenyum menghadapi hari.
Sesaat kemudian nina keluar dari kamar menuju kamar mandi,berwudu lalu masuk kamar kembali,ia kemudian shalat, bersuj.ud simpuh,berdoa dengan khusyuk,dalam do'anya ia memohon tuhan senantiasa menjaga keutuhan rumah tangganya dan segera memberikan keturunan demi melengkapi kebahagiaan rumah tangganya.
Nina sadar betul Allah SWT lah tempat ia memohon,karena dengan kuasanya lah segala hal yang tidak mungkin kan menjadi mungkin..termasuk memganugrahkan keturunan kepada keluarganya bukanlah hal yang sulit bagiNYA. Hati nina kembali tenang,wajahnya berbinar kembali,dan tidak lagi memperdulikan berat badannya yang menyusut beberapa kilo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar