Nina seorang ibu rumah tangga berusia 30
tahun sudah berjam-jam di dalam kamar,Beberapa helai pakaian di
cobanya,kemudian di ganti dengan pakaian yang lain di lemparkannya ke atas
kasur hingga menumpuk.Tak terasa seisi lemari pakaian sudah terkuras.
Nina menghampiri kaca besar di sudut kamarnya,kemudian
ia memperhatikan bentuk tubuhnya,dan sekali lagi ia mencoba celana jeans no 28
yang di belinya 2 tahun yang lalu,saat itu ukurannya pas banget,termasuk semua
pakaian di lemari itu semua sesuai ukuran tubuh beberapa waktu yang
lalu.Kemudian ia bergumam
" jadi berat badanku turun berapa kilo ya ? koq semua
pakaian punyaku jadi pada longgar begini ?". Sesaat ia terdiam,memandangi
tumpukan baju di atas tempat tidur,semuanya kelonggaran.
Akhir-akhir ini nina memang super
sibuk,banyak banget hal yang mesti dia selesaikan dari mulai kerjaan sampai
urusan rumah tangga.
Dan yang paling membebani hati nina adalah rumah tangganya yang
sudah menginjak 12 tahun,namun belum juga dikaruniai momongan.
Sering ia melamun sendiri memikirkan nasibnya,kekhawatiran
terbesarnya adalah kesetiaan suaminya luntur.Ia sadar betul kehadiran momongan
dalam rumah tangga adalah hal yang sangat di idam-idamkan oleh semua pasangan
menikah.
Nina menghela napas panjang,ia berusaha melepaskan beban batinnya
yang terasa menyesakan dadanya.
Peristiwa dua kali mengalami keguguran
baginya adalah sebuah mimpi buruk,ketakutannya selalu menghantui, kesakitan
yang teramat hebat terasa masih membekas dalam ingatan,diusia kehamilan 4 bulan
ia harus merelakan janin dalam rahimnya di angkat demi keselamatannya,hal itu
sangat membuatnya tersiksa disisi lain ia sangat mendambakan bayinya tumbuh, di
sisi lain dokter menyarankan untuk abortus karena posisi janin ada di
luar kandungan,ini akan membahayakan keselamatan ibu dan otomatis bayi pun
takan terselamatkan.
"Tuhaa...n dosa apa yang telah ku perbuat ?" nina
menjerit dalam batinnya.
Nina tak punya kekuatan ganda untuk menahan kesedihan dikala
menyaksikan teman sebayanya mengantar anaknya sekolah atau membawa anak mereka
jalan-jalan ke tempat rekreasi,bulir-bulir air mata lah yang selalu menghiasi
pipinya.
Setelah ia tenggelam dalam lamunan yang
cukup dalam,nina tersadar dan kemudian ia membereskan pakaian yang bertumpuk di
tempat tidur dan membereskan kembali ke dalam lemari pakaian.
Kemudian ia meraih sebuah poto pernikahan yang terpajang di meja
kecil di sudut kamar,memandangi poto suaminya dan mengelusnya.
Terbayang saat suami tercintanya mendampinginya waktu ia menjalani
oprasi pengangkatan janin,ia sadar betul dalam lubuk hati suaminya menyimpan
ketidak relaan,tapi takdir berkata lain “ mungkin belum saatnya kita di percaya oleh
tuhan untuk merawat buah hati!” itulah jawaban suaminya yang berusaha
menguatkannya
Kerelaan suaminya untuk mendampingi dalam
suka dan duka membuat nina masih mempunyai kekuatan dan mampu tersenyum
menghadapi hari.
Sesaat kemudian nina keluar dari kamar menuju kamar mandi,berwudu
lalu masuk kamar kembali,ia kemudian shalat, bersuj.ud simpuh,berdoa dengan khusyuk,dalam
do'anya ia memohon tuhan senantiasa menjaga keutuhan rumah tangganya dan segera
memberikan keturunan demi melengkapi kebahagiaan rumah tangganya.
Nina sadar betul Allah SWT lah tempat ia
memohon,karena dengan kuasanya lah segala hal yang tidak mungkin kan menjadi
mungkin..termasuk memganugrahkan keturunan kepada keluarganya bukanlah hal yang
sulit bagiNYA. Hati nina kembali tenang,wajahnya berbinar kembali,dan tidak
lagi memperdulikan berat badannya yang menyusut beberapa kilo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar